Happy Ramadhan

3 09 2009

123Friendster.Com | Forward This Comment to Your Friends

123Friendster.Com | Forward This Comment to Your Friends





Luka Parah, Dua Korban Gempa Dirawat di RSU Garut

3 09 2009
Rabu, 2 September 2009 | 16:29 WIB  —-> Sumber – Kompas

GARUT, — Kepala RSU dr Slamet Garut dr Widjayanti Utoyo, SPM, mengemukakan, untuk sementara terdapat dua korban guncangan gempa bumi yang masih dirawat di ruang unit gawat darurat (UGD) setempat, Rabu (2/9).

Keduanya mengalami luka parah di sekujur tubuhnya. Saat gempa berlangsung, perempuan dan laki-laki dewasa ini sedang berbelanja di Toserba Yogya Garut.

“Namun, (mereka) masih belum bisa dimintai keterangan tentang penyebab luka tersebut karena mereka masih mengalami depresi berat,” ungkap Widjayanti Utoyo.

Dengan demikian, seluruh jajaran medis dan tenaga medis terus melakukan kesiap-siagaan untuk segera menanggulangi jika terdapat korban gempa lainnya. Gempa yang terjadi berkekuatan 7,3 pada skala Richter sebagaimana diungkapkan Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Kelas I Bandung Ismanto di Garut.

Sementara itu, petugas Puskesmas Dengan Tempat Perawatan (DTP) Tarogong Garut, Herman, menyatakan bahwa pihaknya tengah merawat korban gempa dengan kondisi luka di bagian kepala.

Korban adalah Ny Ia (25), warga kampung Bojong Larang. Ia tertimpa genteng rumah. Selain itu, seorang anak atas nama Elena (7), warga kampung Pasir Muncang, Desa Jati, juga mengalami luka pada bagian kepala akibat tertimpa genting rumah yang roboh.

“Luka kedua korban tersebut sangat parah. Bahkan, kini kondisinya cukup kritis, yang kemungkinan akan segera dirujuk ke RSU kabupaten,” katanya.

Sebelumnya, warga Kota Garut dan sekitarnya berhamburan keluar rumah dan perkantorannya masing-masing akibat diguncang gempa bumi yang berlangsung pukul 14.55 WIB sekitar 30 detik, Rabu.

Gempa yang berpusat 142 km, berkedalaman 30 km barat daya Tasikmalaya, itu sangat berpotensi tsunami. Hal itu diungkapkan Iswanto.

Peristiwa tersebut, selain sangat menggemparkan warga Garut, juga antara lain menyebabkan genting atap Gedung DPRD setempat berhamburan, tembok beberapa rumah di kecamatan Bayongbong retak, dan bangunan aula Kelurahan Sukajaya di Kecamatan Tarogong Kidul nyaris roboh.





Korban Gempa di Garut Mencapai 10 Orang

3 09 2009

Kamis, 03 September 2009 | 07:42 WIB

Garut – Korban gempa di Kabupaten Garut, Jawa Barat, bertambah. Hingga Kamis (3/9) dini hari pukul 00.30 WIB, jumlah korban meninggal dunia di satuan pelaksana penanggulangan bencana tercatat sebanyak 10 orang.

Mereka diantaranya enam orang warga kecamatan Cikelet, dua orang warga kecamatan Pameungpeuk, satu orang warga kecamatan Peundeuy dan satu warga Kecamatan Cisompet.Sedangkan luka berat sebanyak enam orang yang semuannya merupakan warga Pameungpeuk. Untuk luka ringan sebanyak 51 orang, diantaranya 27 warga Pameungpeuk, Cibalong (tiga), Pangatikan (3), Peundeuy (12), dan enam orang Kecamatan Bayongbong.

Guncangan gempa juga merusak 965 rumah dengan kondisi rusak berat, sedangkan yang rusak sedang 544, rusak ringan 1296. Sekolah rusak Berat 3, rusak sedang 1 dan rusak ringan 2, masjid rusak berat 3, kantor desa rusak berat 3 buah.

Menurut Kepala dinas Kesehatan Kabupaten Garut Hendi Budiman, korban meninggal umumnya mengalami luka di bagian kepala akibat tertimpa dan terperangkap bangunan rumahnya. “Mereka yang mengalami luka berat pun rata-rata tertimpa bagunan di bagian kepala, sedangkan yang luka ringan pada umumnya mengalami robek,” ujarnya di lokasi kejadian.

Warga yang mengalami luka di wilayah pantai selatan Garut, saat ini dirawat di puskesmas pameungpeuk. Tercatat sebanyak 21 warga yang masih menjalani perawatan intensif. Karena tidak tertampung di ruangan, mereka terpaksa dirawat dilorong puskesmas yang berada diluar bangunan.

Meski terdapat banyak korban luka, Dinas Kesehatan Kabupaten Garut menjamin semua kebutuhan medis termasuk obat-obatan masih tercukupi. Begitu pula dengan jumlah tenaga medis. “Yang mereka butuhkan paling asupan gizi saja, karena saking paniknya mereka pada lupa makan saat buka puaa tadi,” ujarnya.

Kepala bagian humas Pemerintah Kabupaten Garut Dikdik Hendrajaya menyatakan, hingga saat ini banyak warganya yang mengungsi. Mereka lebih memilih untuk membuat tenda-tenda darurat di depan rumah dan lapangan terbuka. “Mereka belum berani masuk rumah, karena syok. Sehingga lebih memilih untuk tidur diluar,’ ujarnya.

Berdasarkan pantauan Tempo, hingga Kamis (3/9) sekitar pukul 05.30 WIB, warga Kecamatan Pameungpeuk dan Cikelet masih bertahan di pengungsiannya masing-masing. Kaum lelaki pun masih terjaga, karena khawatir terjadi gempa susulan yang dapat menyebabkan terjadinya tsunami.

Sumber tempo





Gelombang Laut Garut Capai Ketinggian Empat Meter

3 09 2009

Kepala Stasiun Geofisika Kelas 1 Bandung, Jumadi, Selasa mengemukakan gelombang laut perairan Selatan Jawa Barat, termasuk lepas pantai Selatan kabupaten Garut berkisar 3,0 meter dan meter 4,0 meter.

Dengan arah angin bertiup dari timur-tenggara berkecepatan 10 knots atau 18 km/jam berlangsung hingga pukul 19.00 WIB , demikian dalam surat edarannya bernomor ME.103/BDG/IX/09/144 tertanggal 1 September 2009.

Sementara itu, camat Pameungpeuk Jujun Jumhana yang wilayahannya di Garut Selatan, ketika dihubungi mengatakan, adanya peringatan prakiraan tinggi gelombang laut bisa membahayakan perahu nelayan, tetapi tampaknya kurang mendapatkan tanggapan warga nelayan setempat.

Karena mereka semakin terdesak pemenuhan kebutuhan pokok menjelang lebaran Idul Fitri, terlebih lagi selama ini kerap terjadinya gelombang laut tinggi, katanya.

Sehingga kondisi yang dapat mebahayakan nelayan tersebut, sering terkalahkan oleh mendesaknya kebutuhan pokok mereka. “Kerana itu, banyak diantara mereka terpaksa tetap melaut untuk mencari ikan,” katanya.

Meski begitu, informasi resmi yang bersumber dari Badan Meteorologi Klimatologi Dan Geofisika ini tetap diupayakan untuk disampaikan kepada masyarakat pesisir pantai, ujarnya.

Dipihak lain, Camat Jujun Jumhana menyebutkan, kendati memiliki potensi rumput laut berkualitas tinggi yang berlimpah-ruah, namun selama ini masih belum bisa dilakukan pembudidayaan setelah berulangkali dilakukan uji coba.

Maka hasil laut tersebut, hanya bisa diperoleh dari habitatnya yang mengalami kesulitan untuk memamennya saat terjadi gelombang besar, bahkan juga cukup membahayakan.

Namun banyak pula warga nelayan, yang berupaya memungutnya saat gelombang ombak terbawa arus ketengah, kemudian mereka berlarian ke tepi pantai saat gelombang menghempas bibir pantai, ungkapnya.

Kondisi tersebut juga berlangsung pada sepanjang pesisir pantai Garut selatan dengan bentangan sejauh 83 km, mulai perbatasan Garut-Cianjur hingga perbatasan Garut-Tasikmalaya. ***3***