Memperhatikan perkembangan politik bilateral Indonesia dan Malayasia semakin hari makin banyak masalah, secara emosi dan pribadi saya pun ikut marah dan memaki malayasia, tetapi setelah saya renungkan, wajar saja malayasia berbuat begitu toh para pimpinan kita saja tidak menghargai bangsanya sendiri contoh kecil ketika upacara Laporan pertanggung jawaban presiden di gedung MPR sampai-sampai Indonesia Raya hampir tidak di kuandangkan.
banyak hal yang perlu kita renungkan diantaranya :
Kebijakan Pemerintah dalam proses pengajuan HAKI baik kebudayan mapaun kesenian, saya rasa semua kebudayaan yang ada di Indonesia lebih dari 80% telah tercatat di departement kebudayan, anehnya lagi sudah tercatat tetapi masih harus di daftar oleh pelaku budaya, jadi bisa disambil kesimpulan kalau pemerintah tak pernah merasa memiliki budaya itu sendiri, karena kalau merasa itu milik bangsa tanpa harus proses ini itu langsung saja di data dan di daftarkan sebagai budaya milik bangsa.
kemayunya Indonesia akhir-akhir ini juga menjadi pemicu orang-orang macam malayasia itu untuk mengobok-obok Indonesia baik dari dalam maupun dari luar, hanya saja kita terlena dengan kesibukan perbaikan diri, golonga, dan partai politik bahakan terlalu sibuk mempersiapkan putra mahkota.
sebuah negara bisa disegani negara lain bila memiliki ketegasan apapun resiko yang harus di tempuh, ketegasan itu sirna pasca reformasi, yang ada hanya guyonon politik, saling menghancurkan bukan saling membangun, sama-sama ingin menjadi ketua umum partai , gagal di parpol buat lagi parpol baru gagal lagi buat lagi parpol baru dan terus-terus tidak ada puas puasnya. sama halnya dengan sekelompok orang yang gagal mencalonkan diri jadi bupati atau gubernur lantar membuat isu pemekaran kabupaten dan provinsi, kan itu sangat konyol jelas jelas haus akan kekuasaaan.
malayasia memang kurang aja sudah ambil berbagai khas indonesia menjadi icon negerinya, itu knapa karena Indonesia sendiri tidak mau mengambil budaya itu sebagai icon indonesia yang ada malah indonesia mengambil icon itu dari luar, contoh pemerintah lebih percaya akan tenaga luar dari pada tegana dalam negeri yang jelas-jelas putra bangsa sendiri, dan ah semua permainan belaka, ujung-ujungnya masing-masing partai, pimpinan partai dan pimpinan bangsa ini ingin menang sendiri tidak pernah mau kalah apalagi mengalah.
bicara Indonesia di Lecehkan Bangsalasin sebenarnya Bangsa Indonesia sudah terlebih dahulu melecehkan bangsanya sendiri, contoh saja coba brp persen rakyat Indonesia yang hapal UUD’45 jangan UUD’45 yang panjang PANCASILA aja yang hanya lima point, bukan kah itu merupakan pelecehan terhadap bangsanya sendiri?
contoh pelecehan lain, pemerintah, televisi, dan hampir semua penduduk indonesia meratapi kepergian artis michael jackson, tetapi ketika A.H Nasution meninggal dunia apa seheboh Michael Jakson kan biasa2 aja tuh…
dengan malayasia kalau berani berperang ya berperang tetapi secara pribadi saya tidak percaya sama kemampuan tentara kita, bagaiman bisa perang wong sehariannya di dalam kota, jalan2 kemall, naik bisa ga bayar dan sebagainya kok..
saran buat permintah / pimpinan tertinggi bangsa ini
1. pindakah markas2 militer ke perbatasan
2. biarkan urusan rakyat diurus polisi militer urus perbatasan terluar
3. tegas terhadap bangsa asing, hars punya sikap yang tegas jangan takut miskin, jangan takut banyak pengganggur
4. pengangguran rekrut jadi tentara2 yang siap di tempatkan di barak barak perbatasan terluar Indonesia
5. putuskan hubungan diplomatik dengan negara manapun yang menghina negara kita jangan takut rakyat mendukung
6. buka kembali hubungan bila sudah minta maaf dan bayar denda
7. jangan pernah takut sama manusia takulah sama ALlah SWT, wahai para pemimpin Bangsa
akhir kata bangsa lain tidak akan melecehkan bangsa kita bila kita sendiri menjaganya dengan baik bangsa ini
Komentar Terbaru